berafiliasi badan di kamar mandi sesungguhnya adalah sebuah variasi. Variasi bercinta dibutuhkan bagi pasangan suami-isteri buat terus menjaga gairah bercinta dan sikap saling menyayangi diantara keduanya. Dan diantara variasi yg mungkin mampu dilakukan adalah bagaimana bercinta pada kamar mandi.
Meskipun bercinta dilakukan kamar mandi, namun suasana estetika, ketenangan dan kebersihan tetaplah wajib diperhatikan. Untuk menambah gairah diantara keduanya mampu terlebih dahulu menyampaikan pengharum kamar mandi dan saling memberikan wangi-wangian ke tubuh pasangannya terlebih dahulu. Jangan lupa, tujuan utamanya kan bukan buat mandi seperti umumnya tetapi buat bercinta.
Aisyah ra berkata, “aku memberikan wewangian ke tubuh Rasulullah saw lalu beliau menggilir para isterinya, kemudian pada pagi harinya beliau mengenakan sandang ihram.” (HR. Bukhori)
Ibnu Hajar berkata, “Perkataan menggilir isterinya ialah istilah buat bersenggama yg mewajibkannya mandi. Dan disebutkan pada dalam hadits itu bahwa Aisyah memberikan wewangian ke tubuh Rasulullah saw sebelumnya serta pada pagi harinya dia telah mengenakan ihram.” dia menambahkan , “Ibnu Bathol berkata, ’Disunnahkan bagi pria serta perempuan buat menggunakan parfum / wewangian saat bersetubuh.” (Fathul Bari juz I hal 458)
di waktu mandi, suami isteri bisa saling menciduk air secara bergantian dan menyirami tubuh pasangannya serta membersihkannya. Atau suami isteri jua mampu berada didalam satu wadah yang bisa menampung keduanya, mirip bak mandi atau bathup, tidak mengapa kalaupun saling melihat aurat diantara mereka berdua. Serta hendaklah menghindari kemubadziran didalam penggunaan air.
Diriwayatkan berasal Aisyah ra, ia berkata, “saya pernah mandi bersama Nabi saw pada satu bejana yang dianggap al Farq.” (HR. Bukhori). 1 farq = 16 kati = ±18 liter.
Ad Dawudi menggunakan hadits ini menjadi dalil diperbolehkannya seseorang laki-laki melihat aurat isterinya atau sebaliknya. Hal ini dikuatkan dengan apa yg diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari jalan Sulaiman bin Musa bahwasanya dia ditanya ihwal seseorang laki-laki yang melihat kemaluan isterinya maka beliau menjawab, “saya bertanya (perihal hal yang sama) kepada Atho’. Maka beliau menjawab,’Aisyah pernah bertanya (ihwal hal ini) maka beliau menjelaskan hadits ini.” adalah hadits ini sebagai dalil dalam pertarungan ini. (Fathul Bari juz I hal 438)
Diriwayatkan berasal Abi Salamah bin Abdurrahman berkata, “telah mengatakan Aisyah, ‘saya mandi bersama Rasulullah saw dalam satu bejana serta kami sama-sama pada keadaan junub.” (HR. Muslim)
dari Aisyah ra berkata, “saya pernah mandi beserta Nabi saw berasal satu bejana, tangan kami saling bergantian menciduknya.” (HR. Muslim)
Jadi meskipun bercinta dilakukan pada kamar mandi hendaklah suami isteri permanen memperhatikan kepuasan masing-masing pasangannya, tidak tergesa-gesa buat menyelesaikannya. Orang-orang barat menyebut seks menggunakan istilah bercinta serta Jika kita lihat asal kaca mata islam sepertinya pengistilahan tersebut sah-legal saja selama tak bertentangan dengan rambu-rambu syariat. Seks cenderung dilakukan terburu-buru dan ingin cepat terselesaikan tanpa memperhatikan pemanasan (mula’abah) serta kepuasan pasangannya, kebalikannya menggunakan bercinta. Wallohu alam.
baca
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.